Selama
ini Islam seringkali identik dengan Arab, mulai dari peradaban sampai
penyebar Islam pun, nggak afdhol klo nggak melibatkan Arab. Baik
orang maupun budaya-nya. Hingga seringkali terjadi penafikan pada
sumbangsih bangsa lain terutama dalam penyebaran Islam.
Cukup
mengherankan, bahwa dalam konteks kekinian, kita seringkali tertipu
dengan hal-hal yang berbau Arab bahkan kemudian menyakralkan seorang
tokoh, hanya karena berwajah arab dan meyakini sebagai keturunan
penyebar Islam. Padahal jelas dalam sejarah, bahwa pembawa Islam ke
Indonesia lebih didominasi orang-orang China (Cheng Ho), India
(dibuktikan dengan gelar “maulana”) , Persia (perdagangan) dan Mongol.
Jika
membaca sejarah, selama ini Bangsa Mongol sering identik sebagai
penghancur kejayaan dinasti Abbasyiah di Baghdad. Padahal sumbangsih
Bangsa Mongol terhadap Islam jauh lebih besar dari apa yang pernah
mereka hancurkan.
Emang
keturunan Genghis Khan muslim? … Yaghh setidaknya bisa kita lihat
dari sisa keturunan keluarga Jenghis Khan, seperti Salman Khan,
Sharukh Khan, sampai dwi tunggal India Baddash Khan (teman perjuangan
Mahatma Gandhi)
Para
ahli sejarah mempunyai banyak perbedaan pendapat tentang siapa dari
kerajaan Mongol yang lebih dulu masuk Islam, yang pasti bukan Genghis
Khan. Ada yang berpendapat Chagatai Khan (putra kedua Genghis,
penguasau transoxania), Hulagu Khan (Penakluk Baghdad) atau Karachar
Nevian (Panglima Perang Chagatai).
Kita
sampingkan saja siapa yang Islam pertama kali dari Dinasti Mongol.
Setelah sukses menaklukan Baghdad dan mendirikan kerajaan-kerajaan
otonom di wilayah yang ditaklukan. para raja kerajaan otonom ((Genghis
membagi Kerajaannya bagi tiga putranya) ) tadi banyak yang masuk
Islam dan memutuskan hubungan dengan Mongol Pusat. Tokoh yang terkenal
jelas si Timur Lenk (Tamerlane).
Ada
beberap paradoks tentang silsilah Timurlenk dari Genghis Khan. Tapi
teori ini lebih mudah dicerna: bahwa kakeknya (Karachar Nevian)
seorang panglima yang juga menantu dari Chagatai Khan penguasa
Mongol-Transoxania sekaligus bapak Khan sedunia (yang ini kata
wikipedia)
Kekuasaan Chagatai-Khan pemberian dari Genghis Khan
Ada
sebuah hadist yang isi-nya menerangkan suatu ancaman, bahwa jika
suatu negeri telah lupa akan perintah-perintah agama akan
didatangkan/dibangkitkan pemimpin yang dzolim dan bengis. opo ngono? …
karena ilmu hadist saya yang lemah saya kurang tahu essensi-nya yang
asli.
Masa-masa
akhir Dinasti Abbasyiah adalah masa kesesatan, jauh dari apa yang
disebut akhlaqul Islamiyah. Perbudakan manusiawi dan secara bertahap
mulai dihapuskan oleh Rasulullah dan sahabatnya, malah kembali
dilestarikan pada masa ini dengan perbudakan yang tidak manusiawi.
Perdagangan yang jujur sudah tidak ada lagi, bahkan pedagang asal
Baghdad terkenal akan kelicikanya pada masa itu. Menarik “jizyah”
(upeti) seraya mengancam akan membumi hanguskan. dll
Ada
perbedaan pendapat di kalangan sejarawan, tentang alasan kenapa
bengis-nya Hulagu Khan dalam menaklukan Baghdad. Ada yang berpendapat
karena “dendam” persia yang mengalir dalam darah istri kesayanganya,
tapi ini juga banyak yang meragukan karena panjangnya masa yang
terbentang dari penaklukan Persia (th. 661.M) ke penaklukan Baghdad
(th.1258)
Teori
kedua adalah masalah ekonomi. Beberapa kali dalam transaksi
perdagangan, Persia mongol yang dipimpin Hulagu selalu dikadali pihak
Baghdad sehingga menimbulkan kerugian yang besar. Di dalam negeri pun
(kekuasaan Abbasyiah saat itu sudah menyempit hanya seputar Iraq)
Khalifah Mus’tasim juga dibenci penduduknya karena tinggi-nya pajak.
Sehingga beberapa daerah otonom mendeklarasikan kemerdekaanya.
Teori
kedua ini diperkuat dengan sebuah lukisan bagaimana Hulagu Khan
memperlakukan si Khalifah yang ditaklukannya. Sang Khalifah di penjara
bersama harta kekayaannya, seperti ingin menertawakan kegilaan harta
si Sultan Musta’sim.
Setelah
sukses menghancurkan Baghdad, Pasukan Hulagu juga sukses meruntuhkan
Damaskus tapi akhirnya ditumpas ketangguhan pasukan Dinasti Ayyubiyah
asal Mesir.
Sampai
sekarang perdebatan tentang Agama apa yang dianut oleh Hulagu juga
cukup menarik disimak. Ada yang berpendapat kristen sebagaimana agama
Ibu dan Istrinya, tapi proses pemakamanya menggunakan ritual Buddha.
Teori
bahwa dia beragama Buddha mungkin lebih dipercaya, karena ketika
perang Salib III berakhir dengan kekalahan di pihak Eropa, dia
menawarkan bantuan dengan langsung menulis surat kepada Paus dan
Raja-raja Eropa (th.1262M), tapi ditolak. Mungkin dia dianggap kafir
karena non kristen, padahal klo bantuanya diterima, semua Kesultanan
“Arab Saracen Muslim” pasti tamat
Disaat
banyak ulama muslim menghujat kebengisan Timurlenk, Ibnu Khaldun
salah seorang ulama ternama muslim, malah memuji Timurlenk dengan
mengatakan “Disaat banyak pemimpin muslim terlena oleh harta dan
melupakan penyebaran Islam, Timurlenk datang meneruskan kerja
penyebaran Islam”
Orang
Mongol satu ini memang terus menjadi kontroversi dalam sejarah,
terutama bagi yang tidak memahami kondisi sosial dunia Arab abad
pertengahan. Arab pada masa itu telah kembali ke dalam apa yang disebut
masa “jahiliyyah”. Islam sudah tidak lagi dijunjung, melainkan
diinjak-injak atas nama keluarga, kesukuan, madzhab dan demi kekuasaan.
Hal inilah yang menanamkan kebencian nyata dalam diri Timurlenk pada
ras Arab dan selalu menjaga ke-steril-an pasukannya dari orang Arab.
Terlahir
dari keturuan Genghis Khan dari pihak Ibu (Putri dari Chagatai Khan),
Kakeknya Chagatai Khan adalah penguasa Chagatai Khanate. Emperium
Mongol ketika itu dibagi menjadi beberapa daerah federal yang bebas
tapi tetap tunduk pada kekuasaan presiden utama di Mongol pusat yang
bergelar “The Great Khan”. Kakek dari pihak bapak Timurlenk (Tamerlane)
adalah panglima perang Chagatai Khan bernama Karachar Nevian.
Tahun
1260, setelah kematian Mongke Khan (Great Khan ke-5 sebelum Kubilai
Khan) Chagatai Khannate menyatakan putus hubungan dengan mongol pusat
dan berdiri Independent karena perbedaan prinsip agama. Timurlenk
sendiri sukses naik ke tampuk pimpinan pada tahun 1370 M. Tapi dia
hanya mengangkat dirinya sebagai Panglima Besar dan mengangkat
Sultan-sultan Chagatai sebagai gubernur saja.
Setelah
itu, 35 tahun hidupnya dihabiskan untuk mempersatukan dunia Islam
yang tercerai-berai, para sejarawan sering menulisnya sebagai
penaklukan, tapi Timurlenk dalam memoarnya dengan tegas membantah:
“I am not a man of blood; and God is my witness that in all my wars I have never been the aggressor, and that my enemies have always been the authors of their own calamity”
“Saya bukanlah pembantai, dan biarlah Tuhan sebagai saksiku bahwa dalam setiap perang saya tidak pernah menjadi penakluk, dan para musuhku lah yang telah menulis bencana mereka sendiri”
Bila
membaca sejarah secara adil, mungkin kita bisa memahami “kebengisan”
Timurlenk. Profil ke-muslim-an Timurlenk tidak main-main. Sejak kecil
dia dididik dalam pemahaman Islam yang sangat kuat, bahkan sudah hafal
Qur’an sejak usia 10tahun. Sebagian sejarawan berpendapat bahwa dia
seorang Syiahm tapi melihat profil pendidikan ke-islam-an yang banyak
dipengaruhi Madzhab Hanafi, dia adalah seorang Sunni.
Tapi
profil Timurlenk menurut Ibnu Khaldun lebih menarik disimak.
Timurlenk adalah pribadi yang sangat toleran terhadap perbedaan tapi
mudah marah ketika melihat ada seorang yang mempermasalahkan
perdebatan, apalagi jika kemudian terjadi perang antara sesama muslim
hanya karena perbedaan khilafiyah dan perebutan kekuasaan, Timurlenk
tidak akan pernah mengampuni hal-hal sepele seperti ini.
Keteguhan
dan kebengisan tekad Timurlenk dalam menyiarkan faham toleransi dan
persatuan Islam bisa dilihat dari proses penaklukan Dinasti Ilkhanid di
Iran. Tahun 1335-1384 terjadi perang saudara perebutan kekuasaan di
Dinasti Ilkhanid setalah Sultan Abu Sa’id meninggal Dunia. Tahun 1385
dia memimpin 200ribuan pasukan untuk proses stabilisasi politik dan
menempatkan Sultan bayangan untuk memungut upeti sebagai pengganti
biaya perjalanan pasukan.
Lha
ndilalah, tahun 1387 terjadi pemberontakan atas kekuasan Timur dan
menolak membayar upeti. Karuan saja Timurlenk marah, lalu melakukan
pembantaian massal pada pasukan pemberontak yang sudah terkepung.
Sejarah mencatat ada hampir 70.000 kepala manusia yang terpenggal lalu
ditempatkan pada 28 menara benteng, di setiap menara terdapat 1500-an
kepala.
Perhatian
pada penyebaran Islam juga sangat tinggi. Salah satu contohnya adalah
alasan dia menginvasi Kesultanan Delhi di India. Menurut sejarawan
Cambridge, alasan utama adalah terlalu minimnya upaya Islamisasi yang
dilakukan oleh Delhi karena banyaknya sogokan dari kaum Hindu India
pada Sultan.
Setelah
menaklukan Delhi, garnisun pasukan Turki ternyata menerima suap dari
penduduk Hindu agar lebih terjamin keamanannya diluar jizyah (upeti
resmi) yang sudah ditetapkan oleh Timurlenk. Karena ketahuan, penerima
suap (Pasukan Turki) dan para peyuapnya dijatuhi hukuman penggal
kepala.
Garnisun
Tukri berkekuatan 15.000 pasukan menolak, memberontak, menjarah dan
memaksa penduduk Hindu untuk bergabung berperang melawan Timurlenk.
Karuan saja disikat habis dengan korban mencapai 100.000 orang.
Kejadian ini menyebabkan hubunganya dengan Dinasti Turki Utsmaniyah
tidak harmonis.
Ketika
akhirnya menaklukan sebuah kerajaan, ilmuwan dan Ulama setempat
langsung dibawa ke Samarkand (Uzbekistan) untuk dimuliakan. Kemanapun
Timurlenk pergi dalam rombonganya selalu terdapat Ulama untuk
membimbing pasukanya, dan memasukkan pemahaman Islam pada daerah
taklukanya. Tidak mengherankan, bila dikemudian hari daerah (wilayah
Asia Tengah sampai Asia Selatan) memiliki toleransi yang hebat dalam
memaknai perbedaan.
Ada kisah menarik tentang kuburan Timurlenk,
saat Uzbekistan dikuasai Soviet. Seorang arkeolog Soviet Mikhail
Mikhaylovich Gerasimov nekad menggali kuburan Timurlenk dan
merekonstruksi tulang-tulangnya untuk mendapatkan gambaran wajah. Dia
mengindahkan tulisan di peti mati “”Who ever opens my tomb, shall
unleash an invader more terrible than I” (Siapa yang pernah membuka
makamku, akan melepaskan penyerbu yang lebih mengerikan daripada aku)
dan
2 hari kemudian Nazi German meluncurkan Operasi Militer bersandi
Barbarosa menyerang Soviet. Dan setelah kemenangan Soviet di Perang
Stalingard, jasad kerangka Timurlenk dikubur kembali dengan ritual
Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar