Sabtu, 02 Juni 2012

8 Sepatu Nike Ini Tak Bisa Dibeli

Sepatu olahraga kini tidak hanya menawarkan model yang bagus, tetapi juga fungsi. Setiap sepatu didesain untuk menyesuaikan pergerakan tubuh dan kondisi lapangan tempat olahraga tersebut dilakukan. Sebut saja sepatu untuk lari.

Tahun 1972, salah satu pendiri Nike yang juga pelatih lari Olimpiade, Bill Bowerman, merancang sepatu yang kemudian mengubah alur olahraga lari. Sepatu Nike Cortez tercipta, karena atlet membutuhkan sepatu lari yang nyaman dan tahan lama, baik untuk lari jarak jauh maupun sprint.
 Untuk memperingati terciptanya sepatu lari ikonik ini, Nike merayakan 40 tahun keberadaan Nike Cortez dengan meluncurkan kampanye "Cortez 40/40". Sebanyak 40 seniman dan selebritas dari lima negara di Asia Tenggara bekerja sama untuk menciptakan 40 karya seni yang berbeda di atas sepatu yang mengungkapkan kisah Cortez dan merayakan keberadaan sepatu klasik ini.

Lima negara yang berpartisipasi di antaranya Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand. Masing-masing negara memperoleh kesempatan memilih delapan seniman untuk menghasilkan 40 desain sepatu yang unik se-Asia Tenggara. Indonesia sendiri memilih delapan seniman, baik grup maupun individu, untuk berpartisipasi.

"Masing-masing desain sepatu hanya dibuat satu, jadi tidak diproduksi secara massal untuk dijual. Desain-desain ini dibuat hanya untuk memperingati ulang tahun Nike Cortez yang ke-40," ungkap Nino Priambodo, Marketing Manager PT Nike Indonesia, dalam jumpa pers di Menteng Central, Jakarta, Kamis (31/5/2012) lalu.

Delapan seniman (grup dan individu) yang terpilih oleh Nike Indonesia adalah Darbotz, Kandura, Nikicio, TUTU, Nsane5, Studio1212, Ardo Ardhana, dan Ykha Amelz. Berikut karya mereka yang dipamerkan di Soleplay, Menteng Central, kemarin.

Ykha Amlez
1. Ykha Amelz
Ilustrator dan desainer grafis ini mempersembahkan karya yang memiliki konsep keseimbangan antara sepatu lari yang nyaman dan pemakainya. Perasaan menyatu yang didapatkan saat berlari dengan sepatu ini meleburkan pelari dengan jalan yang dilaluinya, begitu juga dengan lingkungan sekitarnya. Karya ini pun diberi nama "Melt With You".

Kandura
2. Kandura 4
Empat sekawan perancang dan pecinta keramik bersatu menginterpretasi ulang kualitas visual Nike Cortez dengan menggunakan estetika dan materi mereka sendiri. Mereka memilih terra-cotta dan jalinan benang wol karena dianggap memiliki kualitas yang setara.

TUTU
3. TUTU
TUTU adalah seorang pelopor grafiti di Indonesia dengan desainnya yang rumit dan penuh warna. Konsep dasar dari desainnya kali ini adalah mengubah materi dan komponen sepatu legendaris ini, tapi tetap mempertahankan gaya dan fungsinya. Ia memadukan bahan kulit dan kanvas untuk memberi aksen yang berbeda namun tetap fungsional.

Ardo Ardhana
4. Ardo Ardhana
Ardo adalah direktur seni dan pendiri dari Else Press. Ardo menamakan karyanya "Fossus", yang secara harafiah memang "menggali" sisa-sisa organisme dan tumbuhan dari masa lalu yang diawetkan. Ia menggunakan ukiran kayu padat, dilapisi resin khusus, dan warna alami yang tampak tak selesai. Ardo menampilkan bentuk asli Cortez pada generasi pemakai yang baru.

NSane5
5. Nsane5
Ia ini seniman grafiti yang disegani karena inovasi hurufnya, juga pendiri MASE CREW, tim grafiti Indonesia. Ia menamakan kreasinya "Jungle Concrete" yang menggambarkan kesulitan, kebingungan, kekelaman, dan keinginan untuk menemukan kebebasan. Hasilnya adalah swoosh (logo yang menjadi ciri khas Nike) berpola safari dan kulit coklat, yang ditata di dalam kotak kayu, dengan sendok sepatu dan sikat untuk membersihkan.


Darbotz
6. Darbotz
Ia adalah seniman grafiti yang terkenal dengan ciri khas ikonik "cumi". Kesederhanaan adalah kunci dari proyek ini. Darbotz memotong swoosh kulit dan mengubahnya menjadi swoosh grafis untuk memberikan sentuhan dinamis. Ia mengubah tali sepatu yang asli dengan tali sepatu boots yang memberi kesan kontras. Tak lupa ciri khasnya, "cumi", yang diselipkan di belakang sepatu dan kotaknya.


Nina Nikicio
7. Nina Nikicio
Sepatu lari dengan aksen bulu-bulu? Mengapa tidak? Perancang busana ini memang suka menyelipkan humor dalam karyanya. Untuk karyanya yang diberi nama "Super Funny Animal" ini, Nina mengubah sepatu olahraga menjadi kaki monster yang lembut, berbulu, dan berkuku.

Studio 1212
8. Studio 1212
Merupakan Creative Agency yang terdiri atas sekelompok individu yang memiliki visi dan misi yang serupa. Karya bernama "In the Flesh" ini terbuat dari kerutan kulit. Tenang saja, bukan kulit manusia, melainkan kulit kayu dari pohon. Dengan mempertahankan kualitas yang menjadi ciri khas Cortez, karya ini mengakui kematangan Cortez yang seringkali dilupakan orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar