Harapan dari setiap pasangan suami istri dalam bahtera Rumah Tangga tentu adalah kebahagiaan. Pasangan yang berkumpul dalam satu rumah yang merupakan tempat tinggal, tempat kemuliaaan, adanya suasana kekeluargaan, istana batin bagi insan mulia. Lebih mendalam dalam konteks mulia, Rumah Tangga Islami, adalah rumah yang didalamnya terdapat perasaan sakinah, mawadah, dan rahmah. Tentunya perasaan ini tidak serta merta hadir di tengah-tengah keluarga, melainkan perlu adanya upaya mewujudkannya dalam keseharian, adanya usaha pembelajaran terus menerus dengan memohon kepada Allah agar tiap saat, segala aktivitas insan dalam Rumah tangga diliputi perasaan ketenangan, cinta dan kasih sayang tersebut. Ya. Kata kuncinya adalah pembelajaran terus menerus.
Seorang suami atau istri selayaknya tidak boleh menyerah, mengeluh apalagi putus asa manakala perasaan sakinah, mawadah dan rahmah seolah belum hadir. Ketenangan misalnya, dapat dilukiskan perasaan kita merasa tenang, damai, nyaman ketika kita berada di rumah, saat menjelang pulang kantor hati kita merasa rindu ingin bertemu pasangan dan ingin segera sampai di rumah. Jika perasaan ini belum ada, patut dievaluasi mungkin rumah tangga kita bermasalah. Cinta, dapat kita lihat pada pasangan suami istri, misalkan ada suami berumur 80 tahun, sang istri berumur 75 tahun, tetapi pasangan ini terlihat sangat mesra, saling menjaga. Tentu kita menjadi tahu bahwa Cinta tersebut ada bukan karena ketampanan, wajah yang ganteng seorang suami.
Pun Cinta tersebut bukan karena kecantikan, kemulusan wajah atau seksi nya tubuh sang istri. Cinta tersebut bersemayam semakin mendarah daging bahkan melampaui usia mereka karena adanya ikatan batin yang sudah terjalin demikian lama, adanya perasaan saling mengisi, memberi, melengkapi, adanya perasaan menyukai pada sesuatu yang khas pada jiwa dan raga serta perilaku. Demikian juga perasaan Kasih Sayang, adanya keinginan untuk saling melindungi, membela. Jika Perasaan-perasaan tersebut senantiasa melingkupi suasana rumah tangga setiap harinya, maka kebahagiaan menyelimuti individu dalam bahtera suci ini, dan semoga semua anggota keluarga merasakan suasana “syurga” di dalamnya. Baiti Jannati.
Tentunya ujian, cobaan yang hadir menyertai dalam Rumah Tangga, selayaknya disikapi dengan keikhlasan dan ketaqwaan. Proses pembelajaran sampai akhir hayat harus terus dilakukan, dimanapun kapanpun selalu ada ilmu yang dapat diambil hikmah dan pelajaran. Mental ini yang seharusnya dibangun bagi suami-istri dan individu dalam Rumah tangga sehingga tiap saat ilmu kita semakin bertambah melampaui masalah yang bisa hadir kemudian untuk disikapi dengan bijak. Belajar dan terus belajar, dari yang kecil hinggal hal-hal besar. Suami-istri yang bertaqwa senantiasa menjadikan Allah sebagai tujuan aktivitasnya. Suatu pelajaran, Di zaman Rasulullah dulu, ada seorang sahabat yang ingin berperang, dan berpesan kepada istrinya untuk tak meninggalkan rumah selama dia tak ada.
Istri sahabat ini berjanji patuh. Namun, nasib memang susah diduga. Berselang hari, datang seorang utusan dari keluarganya, dan mengabarkan tentang ibunya yang sakit keras, dan mengharap kedatangan si istri. Si istri ini, dengan meminta maaf, berkata tak dapat hadir. Suaminya tak ada di rumah, dan dia telah berjanji untuk patuh pada pesan suami, tak akan meninggalkan rumah. Si utusan paham. Sehari kemudian, utusan itu datang lagi, mengabarkan si ibu sakitnya kian menjadi. Si istri tetap kukuh, dan tak ingin ingkar janji. Keesokan lagi, si utusan datang, dengan wajah yang pucat. Dia mengabarkan, si ibu telah berpulang, dan sampai akhir hidupnya, dia tak melihat wajah anaknya. Si istri menangis, tapi dia tak berani menghadiri pemakaman itu. Dia harus patuh pada suaminya. Lama setelah peristiwa itu, bertanyalah sahabat kepada Rasulullah atas peristiwa itu. Mereka sebagian “mencela” kepatutan sang istri pada suami. Tapi apa kata Rasulullah? “Karena kepatuhan istrinya itulah, ibunya kini telah berada di syurga.” Sungguh kisah yang luar biasa.Subhanallah !!
Dari cerita ini..maka ulama sepakat mengatakan. “Jika seorag anak Syurga dibawah telapak kaki ibu..namun ketika telah bersuami..maka Syurga seorang istri..tergantung ridho suaminya..”. Kisah di atas menggambarkan mulianya seorang istri dalam ketaatan pada suami dalam rangka mengharap ridho Allah SWT. Sikap ketaatan Istri pada kisah tersebut tentunya dapat kita teladani dalam keseharian masa kini, dalam rangka ketaatan pada suami, dalam berbagai hal dan kondisi selama pada koridor yang wajar dan benar. Bagaimana digambarkan bahwa kepatuhan istri kepada suami sangatlah mulia dalam pandangan Allah. Allah SWT menjanjikan Syurga bagi istri yang menjaga ketaatan pada suami karena Allah:
”Jika seorang istri itu telah menunaikan shalat lima waktu,berpuasa dibulan Ramadhan,dan menjaga kemaluannya dari pada (mengerjakan) perbuatan haram dan taat kepada suaminya, maka akan dipersilahkan,”Masuklah ke Syurga dari pintu mana saja yang kamu mau.”
(HR. Ahmad dan Thabrani).
(HR. Ahmad dan Thabrani).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar